Serunya Khanduri Maulod di Aceh dengan Kuah Beulangong
![]() |
| Kuah Beulangong, Ikon Maulid Nabi Khas Tanah Rencong. dok. MC Aceh Besar |
Kuah beulangong jadi ikon Maulid di Aceh. Tradisi khanduri maulod bukan sekadar kenduri, tapi juga wujud kebersamaan dan cinta masyarakat pada Nabi.
KLIK CHANNELKU - Setiap tahun, umat muslim di Indonesia memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dengan penuh suka cita. Di berbagai daerah, cara merayakan Maulid berbeda-beda, sesuai tradisi dan budaya setempat. Namun, di Aceh, perayaan ini punya nuansa khas yang disebut khanduri maulod.
Tradisi ini bukan sekadar seremoni keagamaan, melainkan juga menjadi ajang mempererat silaturahmi dan memperkuat solidaritas sosial. Salah satu ikon yang tak pernah absen dalam perayaan ini adalah kuah beulangong, kari daging khas Aceh yang dimasak dalam kuali besar dengan penuh kebersamaan.
Khanduri maulod sudah berlangsung sejak masa Kesultanan Aceh Darussalam. Sultan Ali Mughayat Syah pada abad ke-16 mewasiatkan agar Maulid Nabi dirayakan dengan kenduri, sebagai cara mempererat hubungan antargampong. Hingga kini, tradisi tersebut tetap terjaga dan menjadi bagian penting dari identitas budaya masyarakat Aceh.
Kuah Beulangong, Hidangan Wajib Saat Maulid
Nama kuah beulangong berasal dari kata beulangong, yang berarti kuali besar. Sesuai namanya, makanan ini dimasak dalam wadah berukuran besar yang biasanya diletakkan di halaman masjid atau meunasah.
Proses memasaknya dilakukan secara gotong royong. Para lelaki gampong bahu-membahu memotong daging sapi atau kambing, menyiapkan bumbu rempah, hingga mengaduk masakan dengan semangat kebersamaan. Di sela-sela aktivitas itu, lantunan selawat sering terdengar, menambah suasana religius dan penuh syukur.
Kuah beulangong adalah kari khas Aceh dengan cita rasa kaya rempah. Daging segar dimasak bersama santan, cabai, bawang, serai, dan berbagai bumbu tradisional. Rasanya gurih, pedas, dan beraroma kuat, khas masakan Aceh yang menggugah selera. Setelah matang, masakan ini dibagikan kepada seluruh tamu undangan, termasuk anak yatim dan kaum duafa.
Selain kuah beulangong, ada juga idang meulapeh, yaitu hidangan bertingkat yang berisi nasi ketan, lauk-pauk, dan kue tradisional. Sajian ini menjadi bentuk penghormatan bagi tamu undangan dan melengkapi semaraknya kenduri Maulid.
Nilai Sosial dan Religius dalam Khanduri Maulod
Lebih dari sekadar acara makan bersama, khanduri maulod memiliki makna yang mendalam. Tradisi ini menjadi sarana memperkuat ukhuwah islamiyah dan menumbuhkan rasa peduli sosial. Dengan berbagi makanan, masyarakat diajak untuk mengingat pentingnya berbagi rezeki, terutama kepada mereka yang kurang mampu.
Tak hanya kenduri, perayaan Maulid di Aceh juga diisi dengan zikir, pembacaan Dalail Khairat, dan ceramah agama dari ulama setempat. Semua kegiatan ini bertujuan memperdalam iman, mengingatkan pada ajaran Rasulullah SAW, sekaligus menjaga warisan budaya yang sudah berusia ratusan tahun.
Yang menarik, generasi muda Aceh juga dilibatkan dalam prosesi ini. Mulai dari membantu memasak, menata acara, hingga mengikuti zikir bersama. Hal ini menjadi cara untuk memastikan nilai-nilai kebersamaan, kepedulian, dan cinta Rasul tetap terwariskan lintas generasi.
Tradisi ini menjadi bukti bahwa budaya dan agama bisa berjalan berdampingan, menghadirkan nuansa religius sekaligus sosial yang hangat. Tak heran, setiap tahunnya, khanduri maulod selalu ditunggu dengan penuh antusias oleh masyarakat Aceh, menjadikannya salah satu warisan budaya paling berharga di Tanah Rencong.***
.jpg)
No comments